Thursday, January 6, 2011

MASIN SAMPAI PAHIT

Suatu petang seorang pemuda yang dirundung malang bertemu dengan seorang tua....

Langkahnya longlai, muka berkerut dengan misai dan janggut yang tidak terbela menunjukkan dia mempunyai masalah yang sangat berat dan tidak bahagia.
Tanpa membuang masa, orang itu menceritakan semua masalahnya. Impiannya dalam mencari jodoh yang sempurna buat dirinya tidak kesampaian.. Malahan sepanjang hidupnya dia sering kali ditipu menyebabkan dia berputus asa...

Si Tua hanya mendengarkannya dengan teliti, lalu mengambil segenggam garam, dan meminta anaknya mengambil segelas air. Dia menabur garam itu kedalam gelas, lalu dikacaunya perlahan-lahan.
“Cuba. Minum ini, dan katakan bagaimana rasanya ..”, ujar orang tua itu.
“ Sangat masin ... Masin sampai Pahit…. pahit sangat”, jawab pemuda itu sambil meludah keluar.



Si Tua  itu hanya tersenyum lalu mengajak pemuda itu ke sebuah telaga di pinggir hutan... Mereka beriringan ke telaga tersebut tanpa sepatah kata...



Si Tua menabur segenggam garam ke telaga tersebut dan mengacaunya dengan sebatang kayu serta mencipta riak air yang mengusik ketenangan telaga itu..

Dia menceduk dengan segelas cawan dan menyuruh pemuda tadi minum.

“Bagaimana rasanya?”

“ Segar...”.

“Apakah kamu merasakan pahit garam di dalam air itu?”, Tanya Si Tua lagi.

“Tidak!” jawab si anak muda.

“Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah seperti segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
Tapi kepahitan yang kita rasakan, akan bergantung dari bekas yang kita miliki. Kepahitan itu berdasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua bergantung pada hati kita.
Jadi semasa kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu perkara yang boleh kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.

Si Tua  itu lalu  memberikan nasihat. “Hatimu, adalah bekas itu.
Perasaanmu adalah tempat itu. Jiwa kamu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah seperti telaga besar yang mampu merendam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi keenakan,kesegaran dan kebahagiaan. ”

 Kedua-duanya pulang . Mereka sama-sama belajar pada hari itu....

0 comments:


click to create your own

kita kan Geng